26/08/11

Ampuni Aku Ya Allah


Dia duduk sendiri di pojok ruangan...terlihat sebentar-sebentar menghembuskan nafasnya yang begitu sesak...Tak ada air mata kali ini, hanya sebuah senyuman kecil yang tersungging lewat bibirnya yang mungil...Dia, Aisyah perempuan berbadan kecil yang selama ini mencintai seorang laki-laki bernama Ali. Ada sekitar 30 menitan Aisyah duduk sendiri di sudut ruang itu, aku hanya bsia melihatnya dari jauh, tak berani aku menghampirinya. Tiba-tiba, dia menolehku dan mengangguk padaku....akupun mendekat. Ya Allah begitu sedihnya perempuan kecil ini pikirku ketika aku sudah di depannya. aku duduk di depannya, dia memelukku
"Bun, sebentarlah di sini, aku membutuhkanmu" ucapnya. Pelan dan sedikit dipaksa pikirku permintaannya. Aku hanya diam, dan memeluknya. Saat itu lain dari biasanya, dia menangis ketika memelukku. kali ini dia begitu diam, namun aku bisa membacanya kali ini dia begitu sedih dan sangat sedih melebihi kesedihannya sebelum ini.
"Aisyah, sabar ya..kenapa? bisa aku bantu?" begitu hati-hati aku bertanya padanya.
"Al Bun...." dia melepaskan pelukannya dan menatapku sayu
Ya Allah aku tak sanggup menatap wajahnya...Dia tersenyum dan bersender ke tembok, lalu dia menunduk, kemudian dia menulis...pelan sekali ...aku hanya mampu melihatnya
"Bun, tunggulah sebentar aku di sini, temani aku saat ini, buat aku tersenyum " dia bergumam namun tangan terus menulis dan mata terus menunduk.
Akupun mengangguk dan bergeser duduk di sebelahnya, seperti posisi dia awal aku bersender dan diam.
Aku tidak tahu dia menulis apa, yang pasti dia membutuhkan teman utuk menemaninya meski aku tahu keberadaanku tak banyak membantunya.
Dia berhenti menulis, dan menolehku " Bun, pernah kamu membenciku?"
Aku terperajat kaget mendengar pertanyaannya...
"Mengapa kamu tanya itu Aisyah?"
Dia terdiam kembali menulis
"Sungguh, aku tak pernah membencimu, aku sayang kamu sebagai saudariku" aku mengusap kepalanya, ini biasa aku lakukan padanya ketika kami sedang sharing.
Dia hanya mengangguk dan berterima kasih padaku, dia terus menulis...
Hampir satu jam aku menemaninya..dan ahirnya dia berhenti menulis dan bersender pada tembok di belakang kami...
"Bun, aku ingin menangis, namun aku sudah tak sanggup. dan rasanya tak adil pada diriku sendiri jika saat ini aku menangis lagi. dan mungkin tak adil bagimu jika aku membagi tangisanku di depanmu terus."
"Bun, apa salah kita mencintai seseorang?" Dia kembali diam...aku tidak tau di kepalanya apa yang sedang dipikirkannya
"Aisyah, jika saat ini kamu ingin menangis, menangislah..aku, siap menemanimu, sampai ahirnya kamu bisa tersenyum seperti sediakala. seperti Aisyah yang orang-orang kenal. Tidak salah kita mencintai seseorang, karena cinta itu anugrah...beruntung kita diberi rasa cinta oleh ALlah. bersyukurlah sayang."
Dia tersenyum dan mengangguk
"Kalau ternyata cinta itu membuat orang lain sakit, apa masih tidak salah Bun?"
"Aku merasa bersalah Bun, aku merasa telah menyakiti seseorang yang begitu aku sayang."
Aku tahu dia mencoba menahan tangisnya...sampai tangannyapun menggenggam kuat.
"Bun, aku menulis ini, sebagai doaku pada Allah yang selalu membuatku tersenyum di setiap nafasku"
"Bantu aku memperbanyak doaku ini Bun, bacalah Bun di setiap doamu untukku" Aisyah mengambil kertas yang ia tulis di depannya dan memberikannya padaku.
Aku menerimanya dan perlahan aku mulai membacanya :

"Ya Allah, begitu Engkau sayang padaku hingga hari ini Engkau tak mengizinkan aku menangis seperti biasanya. Begitu dekatnya Engkau, ketika aku bersedih Engkau masih mengingatkanku untuk bisa tersenyum. Terima kasih. Ya Allah, saat ini aku merasa benar-benar tak kuasa menahan bebanMu...kuatkan aku ya Allah, beri aku ketegaran dalam melewati malam ini dan malam-malam selanjutnya hingga aku bisa berdiri tegak lagi tersenyum bahagia tanpa ada yang aku sembunyikan. Begitu banyak permintaanku ya ALlah, sampai kadang aku lupa atas nikmatMu selama ini. dan saat ini aku kembali meminta. Ya ALlah begitu banyak dosa yang sudah aku perbuat padaMu, begitu banyak, tak mampu aku menghitungnya. Aku mohon ampun ya Allah atas dosaku, dosa atas Ayahku yang Engkau jemput terlebih dahulu, dosa ibuku yang masih setia menungguku di rumah. Ya ALlah, hari ini aku ingin tak mengeluh atas semua yang Engaku beri padaku, Engkau gariskan padaku, beri aku keihklasan ya Allah...Aku yakin semua yang Engkau beri dulu, hari ini dan esok adalah nikmat yang harus aku jalani, termasuk nikmat ketika hati ini sakit. Ya Allah, jikalau hati ini sakit, tolong percepat sembuhnya..dan jangan biarakan orang lain ikut merasa sakit, cukup aku di sini, karena aku yakin Engkau sangat mampu dan mampu mengobatinya..tanpa aku minta. Ya Allah, maafkan aku atas cinta duniawi yang berlebihan sampai aku lupa bagaimana rasanya menerima sebuah kenyataan. Aku begitu mencintainya, anggapku selama ini dan akupun menganggap sebaliknya...Tak mampu aku sedikitpun jauh darinya ya ALlah. Begitu menariknya dirinya oleh mata ini, hingga akal sehatpun kadang tak mampu menerimanya. Ya Allah, aku tak berniat melukainya atau orang-orang sekitarnya, aku hanya ingin membuatnya tahu bahawa aku di sini sayang padanya, bahkan orang-orang sekitarnya yang tak pernah aku temui sebelumnya. Aku menyadari benar, aku perempuan tak sempurna yang mungkin terlalu lemah untuk menerima semua ini. Tak ada yang bisa aku banggakan ya ALlah. Aku ingin aku tersenyum saat ini! ya Allah...aku salah sangka, tak bisa membedakan mana rasa sayang mana bukan. Ya Allah ya Rabb, aku malu dengan diriku sendiri, begitu pula dengannya. Jika ingat dulu, bagaimana ini bisa terjadi, di mana naluri rasaku untuk melihat perasaan orang terdekat denganku. SubhanAllah, aku sudah tak mampu ya Allah. Kini aku sudah mendapat balasan darinya...jawaban atas semua sikap kami selama ini. Aku berterima kasih padamu Al, sungguh kamu bisa memberikanku harapan meski aku tau harapan menuju masa depan tak bisa kau penuhi dan aku tahu, tapi harapan untuk bisa jadi bagian dari hatimu ternyata itu juga tak mampu, hanya sebuah anganku yang sudah dibuka jalan kejujurannya olehmu..Ya Allah aku mengingatnya kembali, setiap nafas aku merasa selalu memanggilnya tapi tak pernah sampai di telinganya..Inikah yang harus aku jalani ya Allah. Malam ini, aku bersimpuh padaMu ya Allah, ikhlaskan aku dalam menjalani takdirku, izinkan aku berusaha untuk siap dalam menghadapi ujianMu ini..Ya ALlah jika memang aku belum siap untuk kehilangannya, mulai saat ini siapkan aku ya Allah..Aku bersyukur aku mampu mencintainya sampai detik ini sampai dia mengatakan tak bisa punya rasa seperti aku punya rasa padanya. aku bersyukur atas itu ya Allah, semangatnya untukku mampu membuang rasa sakitku padanya. Ya ALlah, jika esok aku bertemu dengannya, izinkan aku memberikan kebahagiaan padanya. Kembalikan keceriaan kami semula. Dalam setiap nafasku semoga aku masih mampu berdoa untuk kebahagiaannya ya Allah, mampu memberikan yang terbaik untuknya. Ampuni atas rasaku ini ya Allah, biarlah aku menyimpan semua ini sampai Engkau benar-benar mengambil rasa ini dariku...Ampuni aku Ya Allah, atas cinta duniawi yang berlebihan...semoga aku bisa memperbaikinya dan kembali padaMu dalam keadaan suci tanpa benci dan amarah. Semoga aku bisa menjadi hambaMu yang tetap bersyukur atas semua nikmat yang Engkau beri, termasuk kasih sayang hamba padanya sampai detik ini. Aku yakin tanpa balasanya hamba akan lebih mendapat kasih sayangMu ya Allah. Semoga aku bisa menjadi manusia yang bisa memberikan kebahagiaan kepada orang-orang sekitarku termasuk dia ya Allah. Semoga aku bisa menjadi pribadi yang kuat, ikhlas dan bisa jadi panutan kelak. Ya Allah...semoga aku masih dalam agamaMu yang terus dan terus..semoga Engkau meridhoi doaku ini. Aamiin...”

Aku tak mampu lagi menahan tangisku, aku lihat dia masih diam dan tanpa sedikitpun menangis. Tulisan ini sederhana hanya minta Allah mengkuatkannya saat ini atas kesedihannya.
“Bun, sudah kamu baca tulisan itu? Maaf kalau berantakan, aku tak mampu menulis indah” celotehnya dengan senyumnya yang getir
“Aisyah, aku yakin kamu kuat, kamu bisa lakukan yang terbaik dalam hidupmu. Jika memang dia tidak mencintaimu...kelak kamu akan tahu seberapa besar orang lain begitu sangat mencintaimu. Jangan bersedih berlebihan hingga kau lupa akan Tuhanmu. Jangan mencintainya berlebihan hingga kau lupa siapa pemberi nafasmu. Aku tak sekuat kamu Aisyah, tapi setidaknya kita bisa saling mengingatkan, mengkuatkan. Rasa sayangmu ini akan terbayar kelak, jika kamu ihklas.”
Aisyah tersenyum dan memelukku
“Terima kasih Bun, aku ihklas mencintainya sampai detik ini. Jika memang aku harus melepasnya malam ini InsyaAllah aku ikhlas. Dan jika esok aku masih dipertemukannya aku akan tetap berbahagia dengan bahagianya sekarang.”
Dia masih memelukku, jelas sekali dia menahan kesedihannya sendiri. Nafasnya terlihat sesak...
“Bun, aku yakin ini sudah jadi jalanku dari Allah. Allah sudah mengariskannya aku mencintainya dari awal dan sampai detik ini..dan aku yakin semua akan baik-baik saja. Aku yakin betul Allah sangat sayang padaku dengan begitu banyak cara, seperti cara Dia memberikan rasa ini. Sekali lagi terima kasih Bun sudah ada di sini.”
Aku mengangguk tanpa kata sedikitpun, dan akupun menangis dalam pelukannya. Ya Allah sabarkan hati Aisyah, kuatkan dia, semoga kami bisa menjadi manusia yang ihklas menjalani takdirMu. ..Aamiin.

4 komentar:

  1. kenapa kau tulis cerita ini...jika engkau tak mampu membacanya sendiri. jangan bersembunyi di raut ketegaranmu, tapi tunjukan ketegaranmu yang sesungguhnya

    BalasHapus
  2. ini sebuah cerita..
    tak perlu risau
    karena kini aku tersenyum
    untukmu, untukku dan untuk kita semua
    @rienolaro

    BalasHapus
  3. Anonim8/01/2013

    Sesak baca tulisan Mbak... Karena doa ini yang aq panjatkan juga untuk suamiku.. Hanya saja Mbak menuangkannya lewat tulisan... Indah sekali..

    BalasHapus
  4. Anonim8/01/2013

    Semoga doa mba diijabah...aamiin

    BalasHapus